Mobil listrik adalah kendaraan yang menggunakan baterai sebagai sumber energinya, tanpa menghasilkan emisi gas buang yang mencemari lingkungan. Mobil listrik dianggap sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengatasi permasalahan perubahan iklim. Namun, meskipun popularitas mobil listrik semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, masih banyak orang yang ragu untuk membelinya. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, mulai dari harga hingga kebijakan pemerintah. Berikut ini beberapa alasan mengapa banyak orang Indonesia masih enggan membeli mobil listrik.

Harga Mobil Listrik Masih Mahal

Salah satu alasan utama mengapa orang Indonesia masih takut beli mobil listrik adalah karena harganya yang masih terhitung mahal. Menurut data dari Gaikindo, penjualan mobil listrik selama 2022 hanya mencapai 10 ribuan unit, sedangkan mobil bensin laku 1 juta unit setahun. Salah satu mobil listrik terlaris di Indonesia adalah Wuling Air ev, yang dibanderol sekitar Rp 300 juta. Sementara itu, mobil bensin sejenis bisa didapatkan dengan harga Rp 200 jutaan. Selisih harga yang cukup besar ini membuat banyak orang Indonesia masih memilih mobil bensin yang lebih terjangkau.

Infrastruktur Pengisian Daya Masih Kurang Lengkap

Alasan lain mengapa orang Indonesia masih takut beli mobil listrik adalah karena infrastruktur pengisian daya atau SPKLU yang masih kurang lengkap. SPKLU adalah fasilitas yang digunakan untuk mengisi ulang baterai mobil listrik, baik di tempat umum maupun di rumah. Saat ini, jumlah SPKLU di Indonesia masih sangat terbatas, hanya sekitar 100 titik di seluruh Indonesia. Padahal, untuk mendukung pengembangan mobil listrik, diperlukan setidaknya 2.000 SPKLU di tahun 2025. Kekurangan SPKLU ini membuat banyak orang Indonesia khawatir tidak bisa mengisi daya mobil listrik mereka dengan mudah dan cepat.

Nilai Jual Kembali Masih Rendah

Alasan berikutnya mengapa orang Indonesia masih takut beli mobil listrik adalah karena nilai jual kembali yang masih rendah. Banyak orang Indonesia yang berpikir bahwa mobil listrik akan sulit dijual kembali karena baterainya yang cepat rusak atau teknologinya yang cepat ketinggalan. Selain itu, permintaan pasar untuk mobil listrik juga masih rendah, sehingga harga jualnya juga akan turun. Hal ini berbeda dengan mobil bensin yang memiliki nilai jual kembali yang lebih tinggi dan stabil.

Kebijakan Pemerintah Masih Kurang Mendukung

Alasan terakhir mengapa orang Indonesia masih takut beli mobil listrik adalah karena kebijakan pemerintah yang masih kurang mendukung. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Perpres ini bertujuan untuk mendorong pengembangan industri dan pasar mobil listrik di Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya, masih ada beberapa kendala, seperti regulasi pajak, insentif, standar, dan lain-lain. Pemerintah juga belum memiliki target yang jelas mengenai jumlah mobil listrik yang harus ada di Indonesia.

Kesimpulan

Mobil listrik adalah kendaraan masa depan yang memiliki banyak keunggulan, seperti ramah lingkungan, hemat energi, dan efisien. Namun, di Indonesia, mobil listrik masih belum menjadi pilihan utama orang Indonesia karena beberapa alasan, seperti harga yang mahal, infrastruktur yang kurang lengkap, nilai jual kembali yang rendah, dan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan mobil listrik di Indonesia.

Referensi

Sederet Alasan Orang Indonesia Masih Takut Beli Mobil Listrik – detikoto
Alasan Orang Indonesia Ragu Beli Mobil Listrik: Takut Susah Dijual Lagi – detikoto
Orang Indonesia Ternyata Malas Beli Mobil Listrik, Kenapa?
Mengapa Banyak Orang Indonesia Masih Enggan Membeli Mobil Listrik?
Mobil Listrik Tak Laku, Ternyata Orang RI Maunya Ini – CNBC Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini