Jakarta – Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang KM 92+200B pada November lalu kembali membuka luka lama terkait keselamatan di ruas tol yang dikenal rawan tersebut. Temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengindikasikan kombinasi faktor cuaca, kondisi jalan, dan teknis kendaraan menjadi pemicu, namun akar masalahnya jauh lebih kompleks dan memerlukan solusi permanen.
Genangan air akibat drainase yang buruk dan geometrik jalan yang kurang optimal memang memperparah situasi, membuat truk trailer mengalami jackknifing dan kehilangan kendali. Namun, fokus hanya pada perbaikan drainase dan geometrik jalan saja tidak akan menyelesaikan masalah secara tuntas.
Problem Klasik, Solusi Instan Tak Cukup
Tol Cipularang memiliki karakteristik unik dengan turunan panjang dan berkelok yang menantang bagi pengemudi, khususnya kendaraan berat. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya rambu peringatan yang memadai dan edukasi yang minim bagi pengemudi terkait teknik mengemudi yang aman di kondisi jalan seperti ini.
Banyak pengemudi truk, terutama yang kurang berpengalaman, mengandalkan rem secara berlebihan saat menuruni jalan curam. Hal ini menyebabkan rem panas dan kehilangan efektivitas (brake fade), yang pada akhirnya berujung pada kecelakaan.
Lebih dari Sekadar Teknis: Edukasi dan Teknologi
Solusi yang komprehensif harus mencakup beberapa aspek:
-
Perbaikan Infrastruktur: Drainase harus ditingkatkan secara signifikan untuk mencegah genangan air. Kemiringan melintang jalan juga perlu dievaluasi dan diperbaiki agar aliran air lebih optimal.
-
Peningkatan Rambu dan Penerangan: Rambu peringatan terkait turunan curam, potensi genangan air, dan jarak aman harus diperbanyak dan ditempatkan secara strategis. Penerangan jalan juga perlu ditingkatkan, terutama di area rawan kecelakaan.
-
Edukasi Pengemudi: Program pelatihan dan sertifikasi bagi pengemudi truk, khususnya yang melintas di Tol Cipularang, harus digalakkan. Materi pelatihan harus mencakup teknik mengemudi di turunan curam, pencegahan brake fade, dan penanganan kondisi darurat.
-
Pemanfaatan Teknologi: Implementasi sistem peringatan dini berbasis teknologi dapat membantu mencegah kecelakaan. Misalnya, sensor genangan air yang terhubung dengan sistem informasi lalu lintas dapat memberikan peringatan kepada pengemudi secara real-time. Teknologi Automatic Emergency Braking (AEB) pada kendaraan berat juga dapat membantu mengurangi risiko tabrakan.
-
Evaluasi Jalur Penghentian Darurat (JPD): KNKT telah menyoroti masalah sudut masuk JPD yang terlalu besar. Ini harus segera dievaluasi dan diperbaiki agar JPD benar-benar efektif sebagai solusi darurat.
Keselamatan adalah Tanggung Jawab Bersama
Kecelakaan di Tol Cipularang adalah pengingat pahit bahwa keselamatan jalan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, operator jalan tol, pengemudi, dan pemilik kendaraan harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan lalu lintas yang lebih aman. Solusi instan tidak akan cukup. Dibutuhkan komitmen jangka panjang dan investasi berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini secara tuntas dan menyeluruh. Jika tidak, Tol Cipularang akan terus menjadi momok yang menghantui para pengguna jalan.