Perseteruan panas di jagat otomotif China kembali memanas. Seorang YouTuber ternama, pemilik akun ‘Telescope’ yang dikenal dengan nama Sean, baru-baru ini menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada raksasa mobil listrik BYD. Drama ini bermula dari tudingan serius Sean yang menyebut BYD berada di balik kampanye hitam untuk menjatuhkan kompetitornya, Nio. Bagaimana kronologi lengkapnya?

Semua bermula dari video kontroversial yang diunggah akun ‘Che Shiji’ pada Juni 2022. Video berjudul ‘BYD dan Nio, Siapa yang Menipu Konsumen?’ itu membandingkan harga Nio ES8 di China dan Norwegia. ‘Che Shiji’ mengklaim bahwa harga ES8 di Norwegia lebih murah, sehingga memicu spekulasi bahwa Nio memperlakukan konsumen di China secara tidak adil.

Nio tak tinggal diam. Mereka menggugat ‘Che Shiji’ karena dianggap menyebarkan informasi yang menyesatkan dan mencemarkan nama baik perusahaan. Nio menjelaskan bahwa perbandingan harga tersebut tidak akurat karena mengabaikan perbedaan skema penjualan (termasuk Battery as a Service/BaaS) dan pajak di kedua negara. Pengadilan pun memenangkan Nio dan memerintahkan ‘Che Shiji’ untuk meminta maaf secara terbuka dan membayar ganti rugi.

Di sinilah Sean, sang YouTuber ‘Telescope’, masuk ke dalam pusaran masalah. Sean, yang notabene mantan karyawan Nio, menuding BYD sebagai dalang di balik video ‘Che Shiji’. Ia mengklaim memiliki bukti bahwa BYD telah menugaskan ‘Che Shiji’ untuk mencemarkan nama baik Nio. Tudingan ini sontak memicu kegemparan di kalangan penggemar otomotif.

Namun, drama ini mencapai klimaks tak terduga. Sean tiba-tiba menarik semua tuduhannya dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada BYD. Ia mengakui bahwa klaimnya tentang keterlibatan BYD dalam kasus ‘Che Shiji’ adalah murni karangan belaka.

"Dengan ini saya mengklarifikasi secara terbuka dan dengan tulis meminta maaf kepada BYD Company," tulis Sean dalam pernyataannya.

Permintaan maaf ini tentu menimbulkan pertanyaan besar. Mengapa Sean tiba-tiba menarik semua tuduhannya? Apakah ada tekanan dari pihak tertentu? Atau apakah ia memang tidak memiliki bukti yang cukup untuk mendukung klaimnya?

Kasus ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkannya, terutama di era media sosial. Tudingan tanpa bukti yang kuat dapat berakibat fatal, tidak hanya bagi reputasi perusahaan, tetapi juga bagi kredibilitas individu yang menyebarkannya. Lebih lanjut, kasus ini menyoroti sengitnya persaingan di industri mobil listrik China, di mana setiap produsen berlomba-lomba untuk merebut pangsa pasar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini