Kecelakaan maut Isuzu Elf di Banaran, Karanganyar, yang menewaskan lima orang, kembali membuka mata kita tentang pentingnya pemahaman pengemudi angkutan umum terhadap medan jalan. Kelalaian pengemudi yang tidak mengikuti rambu dan petunjuk arah menjadi salah satu faktor utama tragedi tersebut.
Ironisnya, pengemudi Elf tersebut mengaku baru pertama kali melintasi jalur Tawangmangu dan hanya mengandalkan aplikasi navigasi. Kasus ini bukanlah yang pertama, dan mengindikasikan masalah yang lebih besar: kurangnya kompetensi pengemudi angkutan dalam mengenali dan beradaptasi dengan kondisi jalan yang berbeda.
Founder dan Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, menyoroti bahwa kemampuan pengemudi selama ini lebih banyak didapatkan melalui pengalaman mencontoh, bukan melalui pelatihan formal yang komprehensif. Keterampilan mengemudi memang bisa diasah seiring jam terbang, namun pengetahuan tentang lalu lintas, antisipasi masalah, dan pemahaman medan jalan mutlak diperlukan.
"Jalan raya adalah ruang publik, bukan arena coba-coba," tegas Jusri. "Pengemudi angkutan, yang membawa banyak nyawa, harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai."
Lebih dari Sekadar Bisa Mengemudi
Kecelakaan di Banaran adalah contoh nyata bahwa mengemudi saja tidak cukup. Pengemudi angkutan umum harus memiliki kemampuan:
- Membaca dan memahami rambu lalu lintas. Rambu bukan sekadar hiasan, melainkan panduan keselamatan.
- Mengidentifikasi potensi bahaya. Medan jalan yang berliku, turunan curam, atau kondisi cuaca ekstrem membutuhkan kewaspadaan ekstra.
- Menguasai teknik mengemudi defensif. Kemampuan mengantisipasi dan menghindari potensi kecelakaan sangat krusial.
- Memahami karakteristik kendaraan. Setiap jenis kendaraan memiliki handling yang berbeda, terutama saat melintasi medan yang menantang.
- Menggunakan teknologi navigasi dengan bijak. Aplikasi navigasi hanyalah alat bantu, bukan pengganti akal sehat dan kewaspadaan.
Peran Pemerintah Sangat Dibutuhkan
Sudah saatnya pemerintah turun tangan untuk meningkatkan standar kompetensi pengemudi angkutan penumpang dan barang. Sertifikasi yang ada saat ini dinilai belum cukup untuk menjamin keselamatan di jalan raya.
Beberapa langkah konkret yang bisa diambil:
- Memperketat proses sertifikasi pengemudi. Ujian praktik harus lebih komprehensif dan mencakup berbagai kondisi jalan.
- Menyediakan pelatihan berkala. Pengemudi perlu mendapatkan pelatihan lanjutan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
- Mensosialisasikan pentingnya keselamatan berlalu lintas. Kesadaran masyarakat akan keselamatan berlalu lintas juga perlu ditingkatkan.
- Mengawasi dan menindak tegas pelanggaran. Penegakan hukum yang tegas akan memberikan efek jera bagi pengemudi yang lalai.
Tragedi Banaran harus menjadi momentum untuk berbenah. Keselamatan di jalan raya adalah tanggung jawab bersama. Pengemudi yang kompeten, didukung oleh regulasi yang ketat dan kesadaran masyarakat yang tinggi, akan menciptakan lingkungan lalu lintas yang lebih aman bagi semua.