Jakarta – Jalanan Indonesia dipenuhi lautan motor. Sayangnya, seiring bertambahnya populasi, angka kecelakaan yang melibatkan roda dua ini juga ikut meroket. Pertanyaannya, mengapa hal ini terus terjadi? Lebih dari sekadar nasib buruk, ada serangkaian perilaku dan kebiasaan sepele yang sering diabaikan pengendara motor, padahal berpotensi maut.
Seorang pakar keselamatan berkendara, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan, akar masalahnya bukan hanya pada infrastruktur atau kondisi jalan. "Banyak pengendara yang meremehkan hal-hal kecil, padahal dampaknya besar sekali," ujarnya saat dihubungi, Kamis (29/5/2025).
Sein dan Spion: Bukan Sekadar Aksesori
Lampu sein dan spion seringkali dianggap sebagai pelengkap, bukan kebutuhan. Padahal, keduanya adalah alat komunikasi vital di jalan raya. "Sein itu bahasa tubuh motor. Kalau mau belok atau pindah jalur, ya harus dinyalakan. Spion juga harus dicek sebelum manuver. Bayangkan kalau tiba-tiba pindah jalur tanpa lihat belakang, tabrakan pasti terjadi," tegasnya.
Alas Kaki: Lebih dari Sekadar Gaya
Pemilihan alas kaki juga sering diabaikan. Banyak pengendara yang santai memakai sandal jepit atau sepatu longgar. Padahal, alas kaki yang tidak tepat bisa mengurangi kontrol saat berkendara. "Kaki itu tumpuan utama. Kalau alasnya licin atau tidak pas, bisa selip saat mengerem atau bermanuver. Apalagi kalau sampai jatuh, kaki yang paling rentan terluka," jelasnya.
Helm: Melindungi Kepala, Bukan Pajangan
Helm adalah pelindung kepala yang wajib. Namun, masih banyak pengendara yang enggan memakainya, atau memakainya tapi tidak dikancing. "Helm itu bukan sekadar biar tidak ditilang. Fungsi utamanya melindungi kepala dari benturan. Kalau kepala sudah cedera, akibatnya bisa fatal, bahkan kematian," paparnya.
Ponsel: Musuh di Jalan Raya
Di era digital ini, ponsel sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Namun, menggunakannya saat berkendara adalah tindakan bodoh dan berbahaya. "Fokus terpecah, reaksi melambat, pandangan terganggu. Itu resep sempurna untuk kecelakaan," tegasnya.
Menyalip: Seni Mengukur Risiko
Menyalip adalah manuver yang membutuhkan perhitungan matang. Jangan asal menyalip dari kanan tanpa melihat situasi. "Harus perhitungkan kecepatan kendaraan lain, jarak aman, dan kondisi jalan. Kalau tidak, bisa berakibat fatal," pungkasnya.
Keselamatan di jalan raya adalah tanggung jawab bersama. Dengan meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku, kita bisa mengurangi angka kecelakaan dan menciptakan jalanan yang lebih aman bagi semua. Jangan sepelekan hal-hal kecil, karena nyawa taruhannya.