Ambisi mewujudkan mobil "Made in Indonesia" kembali mencuat. Pemerintah, melalui Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, secara terbuka meminta Suzuki untuk menjadi pionir dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Permintaan ini, yang disampaikan saat peluncuran Suzuki Fronx, disebut sebagai amanat langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "mobil Indonesia"? Apakah ini sekadar mimpi kosong, atau sebuah target realistis yang bisa dicapai dengan dukungan industri otomotif yang sudah mapan di tanah air?
Faisol Riza menyoroti keberadaan fasilitas produksi Suzuki di Cikarang, Jawa Barat, sebagai modal penting. Lebih lanjut, ia mengapresiasi kandungan lokal (TKDN) Suzuki Fronx yang mencapai 60%. Baginya, ini adalah bukti bahwa Suzuki memiliki kapasitas untuk memproduksi mobil dengan komponen yang hampir seluruhnya berasal dari Indonesia.
"Indonesia ingin memiliki mobil Indonesia. Saya kira PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) bisa ikut berpartisipasi dalam mendukung program Bapak Presiden menyiapkan mobil full Indonesia," tegas Faisol, menyiratkan harapan besar kepada pabrikan asal Jepang tersebut.
Namun, permintaan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan krusial. Pertama, seberapa besar investasi yang dibutuhkan untuk mencapai TKDN 100%? Mengingat kompleksitas rantai pasok industri otomotif, melibatkan pemasok lokal untuk setiap komponen bukanlah perkara mudah.
Kedua, apakah pasar Indonesia siap menyerap mobil "Made in Indonesia" dengan harga yang kompetitif? Jika biaya produksi membengkak akibat penggunaan komponen lokal yang belum efisien, konsumen mungkin lebih memilih produk impor atau rakitan lokal dengan merek global.
Ketiga, bagaimana dengan kualitas dan daya saing mobil "Indonesia"? Standar kualitas internasional harus tetap menjadi prioritas. Jangan sampai ambisi nasionalisme mengorbankan performa dan keandalan produk.
Permintaan pemerintah kepada Suzuki ini bisa dilihat sebagai tantangan sekaligus peluang. Tantangan bagi Suzuki untuk membuktikan komitmennya terhadap pengembangan industri otomotif nasional. Peluang bagi pemasok lokal untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produknya.
Jika Suzuki mampu menjawab tantangan ini dengan inovasi dan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin mimpi memiliki mobil "Made in Indonesia" akan segera menjadi kenyataan. Namun, kesuksesan proyek ini juga bergantung pada dukungan pemerintah dalam bentuk insentif, regulasi yang kondusif, dan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten.
Saat ini, Suzuki telah memproduksi sejumlah model secara lokal, termasuk Carry, APV, Ertiga, XL7, dan Fronx. Pengalaman ini bisa menjadi modal berharga dalam mewujudkan mobil "Indonesia" yang diidam-idamkan. Bola kini ada di tangan Suzuki. Akankah mereka mampu mencetak sejarah baru bagi industri otomotif Indonesia?