Presiden RI Prabowo Subianto mencuri perhatian publik dengan aksinya menyopiri langsung Presiden Prancis Emmanuel Macron saat kunjungan kenegaraan di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Rabu (24/5). Bukan sedan mewah yang dipilih, melainkan Pindad Maung MV3, kendaraan taktis ringan yang selama ini identik dengan Prabowo. Lebih dari sekadar pilihan transportasi, tindakan ini memunculkan pertanyaan: Apakah ini sinyal kuat tentang arah kebijakan industri pertahanan dan kemandirian bangsa?
Lazimnya, tamu negara disambut dengan kemewahan dan protokoler ketat. Macron sendiri tiba di Indonesia dengan sedan mewah buatan Jerman berukuran raksasa. Namun, Prabowo memilih jalur yang berbeda. Maung MV3 berwarna hijau army dengan plat nomor ‘INDONESIA’ menjadi kendaraan pilihan. Tindakan ini bukan hanya soal efisiensi atau preferensi pribadi. Ini adalah pernyataan.
Pindad Maung MV3, dengan mesin turbo diesel 2.200 cc bertenaga 199 HP dan torsi 441 Nm, lebih dari sekadar kendaraan militer. Ia adalah representasi kemampuan industri dalam negeri. Maung, yang memiliki varian Tangguh, Jelajah, dan Komando, masing-masing dengan karakteristik unik, menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi terhadap kebutuhan spesifik. Prabowo memilih varian Jelajah dengan atap Soft Top, yang menunjukkan kesan gagah dan siap menaklukkan medan apapun.
Keputusan ini juga dapat diinterpretasikan sebagai pesan kepada dunia internasional. Bahwa Indonesia tidak hanya pasar bagi produk luar negeri, tetapi juga produsen yang mampu menciptakan teknologi dan produk berkualitas. Maung MV3, dengan desain modern dan kemampuan off-road yang mumpuni, menjadi bukti konkret.
Namun, di balik momen simbolis ini, terdapat pertanyaan krusial: Bagaimana nasib Maung MV3 ke depannya? Meskipun belum dijual untuk umum, kehadirannya dalam acara kenegaraan sekelas ini membuka peluang besar. Apakah Pindad akan segera membuka keran pemesanan untuk publik? Ataukah Maung akan tetap menjadi simbol eksklusif kekuatan militer?
Yang jelas, momen Prabowo menyopiri Macron dengan Maung MV3 meninggalkan kesan mendalam. Lebih dari sekadar kendaraan, Maung menjadi simbol kemandirian, inovasi, dan kepercayaan diri bangsa. Kini, publik menanti langkah selanjutnya dari Pindad dan pemerintah untuk mewujudkan potensi penuh dari produk kebanggaan ini. Akankah Maung menjadi ikon baru industri otomotif Indonesia, atau hanya sekadar pajangan dalam acara kenegaraan? Waktu yang akan menjawab.