Banyak pengemudi abai, padahal tekanan udara ban punya dampak signifikan pada performa mobil. Lebih dari sekadar kenyamanan berkendara, tekanan ban yang tepat ternyata bisa jadi kunci efisiensi bahan bakar dan responsivitas kendaraan.
Tekanan ban yang kurang ideal memaksa mesin bekerja lebih keras. Bayangkan, saat ban kekurangan angin, area kontak dengan jalan menjadi lebih luas. Hal ini meningkatkan gesekan, membuat laju mobil terasa berat, dan akselerasi pun menjadi lambat. Ibaratnya, Anda seperti berusaha mengayuh sepeda dengan ban kempes di jalan berpasir.
"Kalau tekanan ban kurang, mesin jadi ‘ngoyo’ untuk memutar roda. Pengemudi otomatis menginjak pedal gas lebih dalam, ujung-ujungnya boros bahan bakar," jelas Anton, seorang mekanik senior dari bengkel Auto Prima Jakarta.
Sebaliknya, tekanan ban yang ideal memastikan area kontak dengan jalan tetap optimal, menghasilkan traksi yang proporsional. Roda pun menggelinding lebih mudah, sehingga mesin tidak perlu bekerja terlalu keras. Akselerasi terasa lebih responsif dan konsumsi bahan bakar pun lebih efisien.
Namun, bukan berarti Anda bisa memompa ban seenaknya. Setiap mobil memiliki rekomendasi tekanan ban yang berbeda, tergantung pada jenis kendaraan dan muatan yang dibawa. Informasi ini biasanya tertera pada stiker di pilar pintu pengemudi atau di buku manual kendaraan.
"Jangan asal tambah angin. Ikuti rekomendasi pabrikan. Tekanan ban yang terlalu tinggi juga berbahaya, bisa mengurangi traksi dan membuat ban lebih rentan pecah," lanjut Anton.
Selain itu, perhatikan juga faktor cuaca. Saat suhu udara turun, tekanan ban juga akan berkurang. Sebaiknya, periksa tekanan ban secara rutin, terutama sebelum melakukan perjalanan jauh, dan sesuaikan dengan kondisi yang ada.
Jadi, mulai sekarang, jangan sepelekan tekanan ban mobil Anda. Perawatan sederhana ini bisa memberikan dampak besar pada performa, efisiensi, dan keselamatan berkendara. Cek tekanan ban secara berkala, dan rasakan bedanya!