Kenyataan pahit bagi para pemilik kendaraan di Indonesia: harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di negeri jiran, Malaysia, ternyata jauh lebih bersahabat di kantong. Bayangkan saja, bensin RON 95 di sana bisa didapatkan dengan harga di bawah Rp 7.000 per liter! Lantas, apa rahasianya?

Pantauan terkini menunjukkan, harga BBM di Malaysia, yang diperbarui setiap minggu oleh Kementerian Keuangan setempat, memang jauh berbeda. Per tanggal 29 Mei – 4 Juni 2025, harga RON 95 di Negeri Jiran itu dipatok RM 2,05 per liter atau setara dengan Rp 6.900. Sementara RON 97 dijual dengan harga RM 3,10 (sekitar Rp 10.400). Untuk bahan bakar diesel Euro 5 B10/B20, harganya RM 2,77 (sekitar Rp 9.300) dan diesel Euro 5 B7 RM 2,97 (sekitar Rp 10.000).

Subsidi, Jurus Jitu Pemerintah Malaysia

Yang menarik, harga RON 95 di Malaysia ini stabil di angka tersebut sejak Februari 2021. Rupanya, pemerintah Malaysia secara konsisten menggelontorkan subsidi untuk BBM jenis ini. Hal ini memungkinkan mereka menekan harga secara signifikan, memberikan keringanan bagi warganya.

Jika dibandingkan dengan harga BBM di Indonesia per 1 Mei 2025 (khusus wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya), perbedaannya sangat mencolok:

  • Pertamax (RON 92): Rp 12.950 per liter
  • Pertamax Green 95 (RON 95): Rp 13.900 per liter
  • Dexlite: Rp 13.800 per liter
  • Pertamina Dex: Rp 14.450 per liter

Bahkan, SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo pun menawarkan harga yang kurang lebih sama. RON 92 dijual di kisaran Rp 12.600 – Rp 12.730 per liter, sementara RON 95 sekitar Rp 13.170 per liter.

Artinya, RON 95 di Malaysia jauh lebih murah dibandingkan BBM dengan oktan serupa di Indonesia. Begitu pula dengan harga diesel, yang masih di bawah Rp 10 ribu di Malaysia, sementara di Indonesia hampir menyentuh Rp 14 ribu.

Anggaran Subsidi Fantastis

Sebuah laporan dari Associated Press mengungkapkan bahwa pemerintah Malaysia mengalokasikan sekitar 80 miliar ringgit (Rp 272 triliun) setiap tahun untuk subsidi. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk mensubsidi RON 95. Kebijakan ini jelas berpihak pada konsumen, namun tentu saja menimbulkan pertanyaan: sampai kapan pemerintah Malaysia mampu mempertahankan skema subsidi ini? Dan bagaimana dengan Indonesia, mungkinkah meniru langkah serupa untuk meringankan beban masyarakat terkait harga BBM? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang patut kita telaah lebih lanjut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini