Jakarta – Sinyal bahaya bagi industri otomotif nasional kian nyaring terdengar. Penjualan mobil yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan mengindikasikan masalah serius pada daya beli masyarakat. Lantas, bagaimana cara menyelamatkan industri ini dari ancaman krisis?
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperlihatkan bahwa penjualan mobil pada Mei 2025 masih jauh dari kata menggembirakan. Meskipun terjadi kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya, angka penjualan masih di bawah performa awal tahun. Penurunan ini mengkhawatirkan karena penjualan mobil adalah salah satu indikator penting dari kesehatan ekonomi sebuah negara.
Penurunan daya beli masyarakat menjadi penyebab utama lesunya pasar otomotif. Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mengungkapkan bahwa penurunan kelas menengah menjadi faktor signifikan. Jumlah kelas menengah di Indonesia terus menyusut sejak 2019, yang berarti potensi pembeli mobil juga berkurang.
Kesenjangan antara kenaikan harga mobil dan pertumbuhan pendapatan kelas menengah semakin memperparah situasi. Harga mobil rata-rata naik 7,5 persen per tahun, sementara pendapatan kelas menengah hanya tumbuh 3 persen. Akibatnya, mobil semakin sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Penjualan mobil di segmen low cost green car (LCGC), yang selama ini menjadi andalan karena harganya terjangkau, juga mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat di lapisan bawah pun sedang tertekan. Padahal, mobil LCGC tidak hanya digunakan untuk keperluan pribadi, tetapi juga sebagai penunjang kegiatan ekonomi, seperti ride-hailing.
Jika kondisi ini terus berlanjut, industri otomotif Indonesia terancam mengalami krisis yang lebih dalam. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan cepat untuk memulihkan daya beli masyarakat dan mendorong penjualan mobil.
Solusi yang Mungkin Dilakukan:
- Insentif Fiskal yang Tepat Sasaran: Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal, seperti pengurangan pajak atau subsidi, untuk pembelian mobil baru. Insentif ini harus tepat sasaran, yaitu diberikan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan dan memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas ekonomi.
- Pengendalian Harga Mobil: Pemerintah perlu mengawasi dan mengendalikan harga mobil agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui regulasi yang mengatur margin keuntungan produsen dan distributor, serta mendorong penggunaan komponen lokal untuk mengurangi biaya produksi.
- Peningkatan Pendapatan Masyarakat: Upaya meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama kelas menengah dan bawah, menjadi kunci utama untuk memulihkan daya beli. Pemerintah dapat melakukan berbagai program, seperti pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, dan penciptaan lapangan kerja baru.
- Relaksasi Kredit Otomotif: Bank dan lembaga pembiayaan dapat memberikan relaksasi kredit otomotif, seperti penurunan suku bunga, jangka waktu kredit yang lebih panjang, dan uang muka yang lebih rendah. Hal ini akan memudahkan masyarakat untuk membeli mobil secara kredit.
- Pengembangan Kendaraan Listrik yang Terjangkau: Pemerintah perlu mendorong pengembangan kendaraan listrik yang terjangkau oleh masyarakat. Kendaraan listrik memiliki biaya operasional yang lebih rendah dan ramah lingkungan, sehingga dapat menjadi alternatif yang menarik bagi konsumen.
Industri otomotif memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Jika industri ini sehat, maka akan berdampak positif pada sektor-sektor lain, seperti industri komponen, logistik, dan jasa. Oleh karena itu, semua pihak perlu bekerja sama untuk menyelamatkan industri otomotif dari ancaman krisis dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.