Aquaplaning adalah fenomena yang terjadi ketika ban mobil kehilangan kontak dengan permukaan jalan karena adanya lapisan air di antaranya. Hal ini dapat menyebabkan mobil tidak dapat merespon input pengemudi, seperti pengereman, pemberian gas, atau pengaturan arah. Jika aquaplaning terjadi pada semua ban secara bersamaan, mobil dapat menjadi seperti kereta luncur yang tidak terkendali. Aquaplaning sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan atau tabrakan dengan kendaraan lain atau benda di sekitar.

Aquaplaning lebih mungkin terjadi saat hujan deras, ketika ada genangan air di jalan, atau ketika jalan berlubang. Faktor lain yang mempengaruhi risiko aquaplaning adalah kecepatan berkendara, tekanan udara ban, kedalaman alur ban, dan kondisi permukaan jalan. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya aquaplaning, pengemudi harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:

  • Kurangi kecepatan berkendara saat hujan atau saat melihat genangan air di jalan. Kecepatan yang terlalu tinggi dapat membuat ban tidak dapat mengalirkan air dengan cepat dan efektif, sehingga meningkatkan tekanan air di depan ban dan mengangkat ban dari jalan. Kecepatan yang aman tergantung pada kondisi jalan dan cuaca, tetapi umumnya sebaiknya tidak melebihi 80 km/jam saat hujan .
  • Jaga jarak aman dengan kendaraan di depan. Jarak yang terlalu dekat dapat membuat pengemudi tidak memiliki waktu yang cukup untuk bereaksi jika kendaraan di depan mengalami aquaplaning atau berhenti mendadak. Jarak yang disarankan adalah sekitar 3 sampai 5 detik dari kendaraan di depan .
  • Periksa tekanan udara dan kedalaman alur ban secara rutin. Ban yang kurang angin atau sudah aus dapat mengurangi daya cengkeram dan kemampuan mengalirkan air. Tekanan udara yang sesuai dapat dilihat di pilar pintu pengemudi atau di buku manual kendaraan. Kedalaman alur ban yang minimal adalah 1,6 mm, tetapi sebaiknya diganti sebelum mencapai batas tersebut .
  • Hindari berkendara di tepi jalan atau di jalur yang berlubang. Air cenderung menggenang di bagian-bagian ini, sehingga meningkatkan risiko aquaplaning. Pilih jalur yang paling rata dan kering, dan hindari melewati lubang atau genangan air yang dalam .
  • Gunakan lampu utama atau kabut saat hujan. Lampu dapat membantu pengemudi melihat kondisi jalan dan kendaraan lain dengan lebih jelas, serta memberi tanda kepada pengendara lain tentang keberadaan dan posisi kendaraan. Lampu juga dapat membantu mengurangi silau yang ditimbulkan oleh air hujan atau cahaya lain .

Dengan mengikuti tips-tips di atas, pengemudi dapat menghindari aquaplaning dan tetap aman berkendara saat hujan. Namun, jika aquaplaning tetap terjadi, jangan panik dan ikuti langkah-langkah berikut ini:

  • Lepaskan pedal gas secara perlahan dan jangan mengerem secara mendadak. Pengereman yang keras dapat membuat ban terkunci dan memperparah kehilangan kendali. Jika mobil memiliki sistem pengereman anti-terkunci (ABS), tekan pedal rem secara bertahap dan biarkan sistem bekerja .
  • Pegang setir dengan kuat dan tetap luruskan arah. Jangan memutar setir secara tiba-tiba atau berlebihan, karena hal ini dapat menyebabkan mobil berputar atau tergelincir. Jika ban depan mengalami aquaplaning, tunggu sampai ban kembali menapak di jalan sebelum mengubah arah. Jika ban belakang mengalami aquaplaning, arahkan setir ke arah yang sama dengan arah tergelincirnya ban .
  • Jika perlu, pindahkan gigi ke posisi netral atau kopling. Hal ini dapat membantu mengurangi kecepatan dan memulihkan traksi. Namun, jangan mematikan mesin, karena hal ini dapat menghilangkan fungsi sistem kemudi dan pengereman .

Aquaplaning adalah salah satu bahaya yang mengintai pengemudi saat hujan. Oleh karena itu, pengemudi harus selalu waspada dan berhati-hati saat berkendara di kondisi basah. Dengan mengetahui cara mencegah dan mengatasi aquaplaning, pengemudi dapat menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain di jalan. Semoga artikel ini bermanfaat dan selamat berkendara!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini