Mobil listrik merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, di Indonesia, mobil listrik masih belum banyak diminati oleh masyarakat. Padahal, pemerintah telah memberikan berbagai insentif dan fasilitas untuk mendorong penggunaan mobil listrik, seperti pembebasan pajak, penurunan uang muka, dan pembangunan infrastruktur pengisian daya listrik.

Lalu, apa yang menjadi alasan mengapa banyak orang Indonesia masih enggan untuk membeli mobil listrik? Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan beberapa pihak terkait, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain:

  • Harga mobil listrik yang masih tinggi. Menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, mayoritas 80-90% masyarakat Indonesia yang menjadi konsumen kendaraan bermotor roda empat hanya membeli kendaraan mobil dengan harga Rp 300 juta ke bawah. Sementara itu, harga mobil listrik yang paling murah masih berkisaran Rp 500-600 juta. Hal ini tentu menjadi kendala bagi daya beli masyarakat, terutama di masa pandemi Covid-19 yang berdampak pada penurunan pendapatan dan kenaikan pengeluaran.
  • Ketersediaan dan kualitas infrastruktur pengisian daya listrik yang masih kurang. Salah satu kekhawatiran yang sering muncul dari calon pembeli mobil listrik adalah lokasi dan waktu pengisian daya listrik yang tidak memadai. Meskipun pemerintah telah berencana untuk membangun sekitar 2.000 stasiun pengisian daya listrik (SPDL) di seluruh Indonesia pada tahun 2025, saat ini baru ada sekitar 100 SPDL yang tersebar di beberapa kota besar. Selain itu, kualitas listrik di Indonesia juga masih bervariasi, tergantung pada daerah dan cuaca. Hal ini dapat mempengaruhi performa dan daya tahan baterai mobil listrik.
  • Kekhawatiran akan nilai jual kembali (resale value) mobil listrik yang rendah. Menurut Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy, banyak konsumen yang masih takut untuk membeli mobil listrik karena khawatir nilai jual kembali mobil listrik akan turun drastis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perkembangan teknologi yang cepat, umur pakai baterai yang terbatas, dan ketersediaan suku cadang yang masih terbatas. Oleh karena itu, banyak konsumen yang masih memilih mobil konvensional yang dianggap lebih mudah dan murah untuk dijual kembali.
  • Kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai manfaat dan cara penggunaan mobil listrik. Meskipun popularitas mobil listrik semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, masih banyak masyarakat yang belum paham dan tertarik dengan mobil listrik. Hal ini dikarenakan kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai manfaat dan cara penggunaan mobil listrik, baik dari pemerintah, produsen, maupun media. Banyak masyarakat yang masih memiliki persepsi negatif atau salah mengenai mobil listrik, seperti menganggap mobil listrik tidak aman, tidak nyaman, tidak ramah lingkungan, atau tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

Dari beberapa faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa masih ada banyak tantangan dan hambatan yang harus diatasi untuk meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk membeli mobil listrik. Diperlukan kerjasama dan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, produsen, media, maupun masyarakat, untuk menciptakan iklim yang kondusif dan menguntungkan bagi pengembangan dan penyebaran mobil listrik di Indonesia. Dengan demikian, mobil listrik dapat menjadi salah satu pilihan transportasi yang cerdas, hemat, dan berkelanjutan di masa depan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini