Prabowo Subianto, mantan jenderal yang memiliki hubungan dengan rezim diktator masa lalu, telah resmi terpilih sebagai presiden Indonesia setelah memenangkan pemilihan presiden dengan meyakinkan. Kemenangan ini menandai perubahan signifikan dalam politik Indonesia, mengingat latar belakang militer dan kontroversi yang menyertai sosok Subianto.

Pemilihan yang berlangsung pada 14 Februari 2024 ini menempatkan Subianto di depan dengan perolehan suara sekitar 58.6%, mengalahkan dua mantan gubernur yang telah menyatakan akan menantang hasil tersebut di pengadilan karena dugaan kecurangan. Anies Baswedan, mantan Gubernur Jakarta, mendapatkan 24.9% suara, sementara Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jawa Tengah, mendapatkan 16.5%.

Komisi Pemilihan Umum telah memposting formulir tabulasi stasiun pemungutan suara di situs webnya, memungkinkan verifikasi independen. Subianto sendiri telah menyatakan bahwa ia akan menghormati mereka yang membuat pilihan berbeda dalam pemilihan ini.

"Kami mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama melihat ke depan," ujar Subianto dalam konferensi persnya. "Kita harus bersatu dan bergandengan tangan karena tantangan kita sebagai bangsa sangat besar."

Subianto telah menerima pesan selamat dari negara-negara Asia Tenggara lainnya serta pemerintah Cina, Rusia, Prancis, Belanda, dan Inggris, yang semuanya menyatakan keinginan untuk bekerja sama dengan pemerintahannya yang baru. "Kami berharap dapat bekerja sama erat dengan Presiden terpilih Subianto dan administrasinya ketika mereka mulai menjabat pada bulan Oktober," kata Antony Blinken, Sekretaris Negara AS setelah kemenangan Subianto dikonfirmasi.

Sekitar 300 demonstran membawa spanduk dan tanda-tanda yang mengkritik Presiden Joko Widodo yang akan berakhir masa jabatannya karena mendukung Subianto dan menuduh adanya kecurangan yang luas. Mereka membakar foto presiden dengan sampah di dekat kompleks komisi pemilihan.

Dua pesaing yang finis di posisi kedua dan ketiga telah menolak untuk mengakui kekalahan. Pada Kamis pagi, pengacara Baswedan telah mengajukan tantangan terhadap hasil tersebut di Mahkamah Konstitusi. Pranowo juga berencana untuk menantang hasil tersebut di pengadilan.

"Kami tidak ingin membiarkan berbagai penyimpangan dari demokrasi ini lewat tanpa catatan sejarah dan menjadi preseden buruk bagi penyelenggara pemilu masa depan," kata Baswedan setelah hasil akhir diumumkan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini