Indonesia memiliki potensi pasar yang besar untuk kendaraan niaga, khususnya double cabin atau kendaraan berbentuk pikap dengan kabin ganda. Namun, saat ini banyak pabrikan otomotif yang menjadikan Thailand sebagai basis produksi double cabin untuk memenuhi permintaan domestik maupun ekspor. Padahal, Indonesia memiliki nilai kompetitif yang lebih tinggi dari Thailand dalam hal industri manufaktur.

Hal ini menjadi perhatian pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meminta para prinsipal otomotif untuk melihat dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan niaga, termasuk double cabin. Ia mengajak para prinsipal untuk mengevaluasi kembali pemikiran mereka yang menjadikan Thailand sebagai pilihan utama.

"Suatu yang aneh menurut saya, prinsipal menjadikan Thailand sebagai basis produksi untuk kendaraan double cabin dengan alasan permintaan domestik. Padahal dari berbagai faktor, Indonesia lebih tinggi dan potensial untuk itu," kata Agus Gumiwang di Jakarta, Kamis (7/3/2024) .

Agus Gumiwang mengungkapkan beberapa faktor yang membuat Indonesia lebih unggul dari Thailand dalam hal industri manufaktur. Pertama, Indonesia memiliki Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang paling ekspansif di dunia hingga 30 bulan berturut-turut, bersama dengan India. PMI manufaktur merupakan indikator yang mengukur aktivitas sektor manufaktur, termasuk produksi, pesanan baru, ekspor, impor, lapangan kerja, dan persediaan.

Kedua, Indonesia memiliki Manufacturing Value Added (MVA) yang cukup tinggi, yaitu sebesar 228 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2021, berdasarkan data UNStats. MVA merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur dari input bahan baku, tenaga kerja, dan modal. Indonesia menempati peringkat 10 besar negara dengan kontribusi MVA terbesar di dunia.

Ketiga, Indonesia memiliki pasar domestik yang besar dan potensial untuk kendaraan niaga, termasuk double cabin. Menurut data Gaikindo, penjualan kendaraan niaga di Indonesia pada 2023 mencapai 1.038.000 unit, naik 8,5 persen dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen atau 415.200 unit merupakan double cabin. Beberapa merek double cabin yang populer di Indonesia antara lain Toyota Hilux, Mitsubishi Triton, Isuzu D-Max, Ford Ranger, dan Nissan Navara.

Keempat, Indonesia memiliki kebijakan-kebijakan yang insentif untuk mendukung perkembangan industri otomotif, termasuk kendaraan niaga. Salah satunya adalah pemberian fasilitas tax holiday atau pengurangan pajak penghasilan badan hingga 100 persen selama 20 tahun bagi investor yang menanamkan modal minimal 500 juta dollar AS. Selain itu, Indonesia juga memberikan kemudahan perizinan, perlindungan hukum, dan dukungan infrastruktur bagi para pelaku industri.

"Harus dipelajari kembali oleh para prinsipal untuk memindahkan pabrik-pabrik double cabin ke Indonesia, karena pasti dua, 10 tahun ke depan Indonesia akan lebih menjanjikan dari Thailand. Dan policy bisa kita rumuskan," ujar Agus Gumiwang.

Dengan demikian, Indonesia berharap dapat menjadi basis produksi kendaraan niaga, termasuk double cabin, yang tidak hanya melayani pasar domestik, tetapi juga pasar global. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia untuk menjadi salah satu pusat industri otomotif di Asia Tenggara pada 2030.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini