Kecelakaan yang terjadi di KM 58 baru-baru ini telah menyoroti risiko dari penggunaan contraflow sebagai metode rekayasa lalu lintas. Menurut pakar safety, contraflow merupakan opsi paling berbahaya dibandingkan dengan metode lain seperti one way atau ganjil genap. Insiden ini terjadi ketika sebuah mobil oleng dari jalur contraflow dan menabrak bus dari arah berlawanan.

Jusri Pulubuhu, Training Director & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan bahwa contraflow sangat berbahaya karena menggunakan jalur lawan dan kendaraan dari arah berlawanan masih ada. Rambu-rambu juga tidak terlihat dengan jelas, dan tempat istirahat berada di sisi kanan, yang menambah risiko bagi pengemudi.

Pengemudi yang berada di jalur berlawanan seringkali bukan menjadi prioritas selama arus mudik, dan mereka harus melewati penutupan jalan hingga contraflow yang membuat lajurnya berkurang. Kondisi ini dapat menyebabkan frustasi dan kelelahan, meningkatkan risiko kehilangan kendali atas kendaraan.

Para pengemudi di jalur contraflow juga cenderung mengebut karena kondisi jalur yang kosong. Dengan kecepatan tinggi dan kondisi psikis yang tidak siap, risiko kecelakaan pun meningkat. Jusri menekankan bahwa saat berada di jalur contraflow, tidak ada ruang untuk mengamankan diri. Sisi kiri bertemu dengan tembok, sedangkan sisi kanan ada mobil dari arah yang berlawanan, situasi yang sangat berbahaya.

Kecelakaan di KM 58 ini menjadi peringatan keras bagi semua pengemudi untuk selalu waspada dan mengutamakan keselamatan saat berkendara, terutama saat menggunakan jalur contraflow.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini