Toyota, salah satu produsen mobil terbesar di dunia, masih berharap pemerintah Indonesia memberikan insentif untuk mobil hybrid, yaitu kendaraan yang menggunakan perpaduan mesin bensin dan motor listrik. Alasannya, insentif tersebut bisa membuat harga mobil hybrid jauh lebih murah dan terjangkau, seperti di Thailand.

Menurut Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy, Thailand telah memberikan subsidi fiskal untuk kendaraan elektrifikasi, baik baterai listrik (BEV) maupun hybrid. Dengan demikian, harga mobil hybrid di Thailand bisa bersaing dengan mobil konvensional .

Sebagai contoh, harga Toyota Yaris Cross Hybrid di Thailand hanya sekitar Rp 399 juta, sementara di Indonesia termurah mulai Rp 440 jutaan. Bahkan, harga Yaris Cross Hybrid di Thailand hampir setara dengan Toyota Raize, mobil SUV kompak yang dijual di Indonesia dengan harga mulai Rp 219,9 juta.

Anton mengatakan, insentif mobil hybrid bisa mendorong peralihan konsumen ke kendaraan ramah lingkungan, sekaligus menekan emisi karbon. Mobil hybrid diklaim bisa menghemat bahan bakar hingga 50 persen dibandingkan mobil biasa, dan menghasilkan emisi yang lebih rendah.

"Kalau menyebut Thailand, Thailand memberikan subsidi fiskal kepada keduanya baik BEV maupun hybrid, saya beri contoh harga Yaris Cross di Thailand itu jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia pada segmen biasanya," kata Anton dalam sebuah acara belum lama ini.

Pemerintah Indonesia sendiri tengah gencar dalam mendukung percepatan elektrifikasi kendaraan di Indonesia, dengan memberikan insentif kepada masyarakat yang membeli mobil dan motor listrik. Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, insentif yang diberikan adalah Rp 80 juta untuk pembelian mobil listrik, dan Rp 40 juta untuk pembelian mobil hybrid.

Namun, insentif tersebut hanya berlaku untuk mobil listrik dan hybrid yang diproduksi di Indonesia. Saat ini, baru Toyota dan Suzuki yang merakit mobil hybrid di Indonesia, yaitu Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid dan Suzuki Ertiga Hybrid. Sementara itu, merek lain seperti Mitsubishi, Nissan, dan Wuling masih mengimpor mobil hybrid dari luar negeri.

Anton berharap, pemerintah bisa memberikan insentif yang sama untuk semua jenis mobil hybrid, baik yang dirakit di dalam maupun di luar negeri. Dia juga mengusulkan agar ada insentif nonfiskal, seperti keringanan aturan ganjil-genap atau parkir gratis, untuk mobil hybrid.

"Semuanya kita propose pastinya pemerintah punya punya pertimbangan juga ya BEV seperti apa, PHEV seperti apa, hybrid seperti apa, semuanya masih dalam kajian dan diskusi," ujar Anton.

Mobil hybrid merupakan salah satu bentuk kendaraan elektrifikasi yang bisa menjadi transisi menuju mobil listrik sepenuhnya. Mobil hybrid memiliki dua sumber tenaga, yaitu mesin bensin dan motor listrik, yang bisa bekerja secara bersamaan atau bergantian, tergantung kondisi berkendara.

Mobil hybrid memiliki beberapa keunggulan, seperti tidak perlu diisi ulang listrik, tidak membutuhkan infrastruktur khusus, dan memiliki jangkauan yang lebih luas. Namun, mobil hybrid juga memiliki beberapa kelemahan, seperti bobot yang lebih berat, biaya perawatan yang lebih tinggi, dan kinerja yang kurang optimal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini